Deru mesin antik getarkan sejumlah lapisan sunyi.
Mendengkur. Tanpa terelakan sepatah dua patah.
Mengapa perangai genggam tak lagi kembali?
Tatkala dihujam sendu, dekap siapa kelak mendekap?
Sedang telah habis pergi tatkala jemari meremas seakan ingin membuka pintu.
Sunyi kembali.
Kenapa?
Seakan diam adalah pelarian terakhir 'Bagi pecandu sendu'.
Lalu, mengapa lembaran terakhir ini sungkur adanya?
Tidakkah senja indah? Meski itu adalah sebuah akhir?
Entahlah.
Mungkin sendu hanyalah tinta legam yang di kemasnya untuk bingkisan terakhir.
Yang akan mencandu pada siapa yang menyentuhnya.
Yang hilang. Entah diterkam siapa.
Andai angin menampakkan wujud kasarnya, mungkin akan sakit tatkala ia kembali hilang.
Seperti kau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar