Senin, 29 Agustus 2016

Kecewa.

Kira nya memandang mendung.

Bukan aritmatika. Bukan geometri.



Tak apa pula diri menangis payu dirundung.

Tatkala ia terbang hilang sedang diri tersungkur sendiri.

.

Yang hilang. 

Mengapa hati ini kau bawa jua.

Namun kau buang tatkala meninggi.

Jatuh terhempas pada tanah lapuk pula.

Lalu mati hingga bertemu abadi.

.

Hati. Mati jua tatkala habis dikelana.

Tersungkur kaku namun tak habis pikir 'mengapa ini harus terjadi?'

Sedang ia terbang bahagia. Hilang menuju sandaran berikutnya.



.

Egois. 



Setidaknya kau tengah terbang atas sayap yang kusulam dengan Hati yang kini kau sungkur sia sia.

.

Atas itu, tak habis kira mengapa tak ku selipkan sekelumat benci pada celah sayap itu.

Agar kau jatuh,



lalu tersungkur bersamaku.

.

[Taaan]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar