Kira nya memandang mendung.
Bukan aritmatika. Bukan geometri.
Tak apa pula diri menangis payu dirundung.
Tatkala ia terbang hilang sedang diri tersungkur sendiri.
.
Yang hilang.
Mengapa hati ini kau bawa jua.
Namun kau buang tatkala meninggi.
Jatuh terhempas pada tanah lapuk pula.
Lalu mati hingga bertemu abadi.
.
Hati. Mati jua tatkala habis dikelana.
Tersungkur kaku namun tak habis pikir 'mengapa ini harus terjadi?'
Sedang ia terbang bahagia. Hilang menuju sandaran berikutnya.
.
Egois.
Setidaknya kau tengah terbang atas sayap yang kusulam dengan Hati yang kini kau sungkur sia sia.
.
Atas itu, tak habis kira mengapa tak ku selipkan sekelumat benci pada celah sayap itu.
Agar kau jatuh,
lalu tersungkur bersamaku.
.
[Taaan]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar