Dia.
Yang kusebut indah perangai nya yang masih terukir dalam benak ini. Sebelum pukul 5 senja ini.
Yang tinggalah sebuah debu putih sisa pembakaran sebuah mawar biru yang dilupakan.
Tak tahu berbuat apa seketika merasa Aku-lah jelmaan yang di Sumpah dalam kepedihan.
Ditinggalkan lalu dipertemukan.
Dia.
Yang disebut khalayak Bak' tandu yang membatasi antara hujan dengan pasir.
Kembali jua sebelum berganti purnama semenjak sepeninggalannya.
Apa?
Tidakkah tinggal sebuah Benda Berharga yang terselip hingga kau berusaha memungutnya?
Jika ia, Apa itu?!
Setidaknya telah mati yang disebut sebagai jiwa yang tertanam pada diriku.
Yang lampau di angkat-nya lalu di Hujam Kejam ke bumi.
Entah siapa yang tengah memperdaya arah alam bawah sadarmu itu.
Hingga tanpa hidup nya suatu bangkai yang telah mati sia sia.
Mengapa lesuh?
Setidaknya siluet-ku itu masih tervisualisasi diatas kemeja warna abu abu itu.
Tidakkah Malu yang dirasa?
Datang kembali sementara sosok itu tengah membalut kepingan kepedihan yang masih tercium kehancurannya.
Semudah itukah?
Bak' membalik kertas putih tanpa pembelaan apapun.
Setidaknya kau tengah mengeringkan tetesan sembab milik Orang yang kau buat 'Hancur' pada kemejamu.
Maaf.
Karena,
Tak kan ada angin yang menarik hembusannya.
.
.
[Taaan]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar