Deru nya menghantam sunyi.
Jatuh dari singgasana nya lalu di hujam kejam ke bumi.
Dan menjadi puing puing dalam genangan.
Seru ia, "Hujan."
Bias bias indah nan lembab menyertai sosok kaku pada yang di balik jendela.
Yang setia nya menghitung bias itu pada jemari yang telah dikutuk atas pelukan itu.
Mengapa?
Dikala angin menerbangkan ranting, tetapi ranting tak jua menuntut balas?
Meski ia hancur akan itu.
Seru ia yang perangai nya tergolek indah pada hati seseorang.
Pada yang dibalik jendela.
Tidakkah hujan itu mengisyaratkan sesuatu?
Tentang telah di sumpahnya seseorang tuk "Merindu?"
Jika iya, siapakah gerangan?
Sebut ia kembali, "hujan."
Yang lampau di angkatnya pada rangkulan indah.
Lalu dibawanya pada suatu tempat.
Dan akhirnya dihempas sia sia lalu jatuh penuh tangis dan mati dalam diam.
Lalu mengapa?
Dikala hujan menangis penuh sesak,
Tetapi awan lebih memilih pergi tatkala 'hujan' tengah merindukannya.
Namun apalah arti hujan yang telah di hardik dalam kepedihan?
Yang meninggalkan bekas basah yang menghujam jiwa. Pada sosok dibalik jendela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar