Pada yang disebut Angin.
Lincah. Tanpa berbalik arah.
Pada yang di sebut masa.
Laju pun berlalu.
Bak' siluet kilat menari nari menggeser Angin.
Pada yang di sebut Air.
Laju pun pergi, Namun membekas kuyup raba nya.
Telah terucap kalimat sendu pada tangan tangan mungil.
Yang terabaikan, tatkala di tinggal pergi.
Kemana jiwa jiwa lemah itu dibawa?
Tatkala jiwa nya pun tak sudah kokoh dibuatnya.
Setidaknya, Sajak tak bertuan itu tidaklah habis sebagaimana mesti.
Tak terkira luapan sendu tergolek lemas dalam kenangan.
Hingga tiba saat 'kecewa' berdiri, seakan mengajak tuk lalui bersama.
Ingatkah?
Tali pita berdebu nan kotor t'lah mengerat dirinya pada selongsong kertas rusak sisi luarnya?
Yang terenyam ikatan.
Mengapa?
Tanpa hidup suatu makhluk tuk di sumpah dalam keterpurukan.
Iya 'kan?
Entah rasa ini bergejolak karena apa.
Seakan cerminan Gadis kecil merajuk saat di tinggal pergi sang paman.
Dapatkah kita sudahi nan indah pesona nya?
Bukan layaknya guratan yang tersayat garpu penuh karat.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar